Senin, 16 April 2012

sofkil indonesia

Penalaran Deduktif dalam Bahasa Indonesi Penalaran deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik dengan kesimpulan yang bersifat khusus dan metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. 1. Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi ( pernyataan ) dan sebuah konklusi ( kesimpulan ). a) Silogisme Kategorial : Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga proposisi kategorial, dan disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya: • Semua aktor Korea sangat tampan. • Song Jong Ki adalah aktor Korea. Jadi, Song Jong Ki sangat tampan. aidah-kaidah : 1) Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis mayor, premis minor, dan konklusi. Misalnya: Premis Mayor: Semua petani desa itu adalah orang-orang jujur. Premis Minor: Halim adalah seorang petani desa itu. Konklusi: Sebab itu, Halim adalah seorang jujur. Kalau salah satu premis tidak ada, maka sulit untuk menerima konklusi. 2) Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor (term predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari konklusi), dan term tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor). 3) Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah tersebut dalam premis-premisnya. Premis Mayor: Manusia adalah mahluk yang berakal budi. Premis Minor: Adi adalah seorang manusia. Konklusi: Sebab itu, Adi adalah mahluk berakal budi. 4) Bila dalam kesimpulan terdapat term yang tidak pernah disebut dalam premis-premisnya, maka konklusi yang diturunkan akan tidak logis. Premis Mayor: Manusia adalah mahluk yang berakal budi. Premis Minor: Adi adalah seorang manusia. Konklusi: Sebab itu, Anita adalah mahluk berakal budi, atau Sebab it, Adi adalah mahluk yang tidak berakal budi. Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular. Lihat contoh kaidah (1) dan (3). Kalau konklusi bersifat universal, maka silogisme akan ditolak karena tidak logis. Misalnya: Premis Mayor: Semua mahasiswa adalah orang yang rajin. Premis Minor: Tommy adalah seorang mahasiswa. Konklusi: Sebab itu, semua anak bimbingan saya adalah orang yang rajin. 5) Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus bersifat universal. Premis Mayor: Semua buruh adalah orang yang suka bekerja. Premis Minor: Semua tukang batu adalah buruh. Konklusi: Sebab itu, semua tukang batu adalah orang yang suka bekerja. Bila konklusi bersifat partikular maka silogisme it tidak logis.\ Premis Mayor: Semua buruh adalah orang yang suka bekerja. Premis Minor: Semua tukang batu adalah buruh. Konklusi: Sebab itu, Ali adalah orang yang suka bekerja. Selain melanggar kaidah (5) silogisme di atas melanggar kaidah (3). 6) Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif. Premis mayornya negatif: Premis Mayor: Semua calon mahasiswa yang berusia di atas 30 tahun tidak mengikuti perploncoan. Premis Minor: Nina adalah calon mahasiswa yang berusia di atas 30 tahun. Konklusi: Sebab itu, Nina tidak mengikuti perploncoan. Premis minornya negatif: Premis Mayor: Semua calon mahasiswa yang berusia di bawah 30 tahun harus mengikuti perploncoan. Premis Minor: Nina adalah calon mahasiswa yang tidak berusia di bawah 30 tahun. Konklusi: Sebab itu, Nina tidak mengikuti perploncoan. 7) Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan. Sebab it silogisme berikut tidak sahih dan tidak logis. Premis Mayor: Semua koruptor bukan warga negara yang baik. Premis Minor: Ia bukan seorang warga negara yang baik. Konklusi: Sebab itu, ia seorang koruptor. 8) Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih. Premis Mayor: Chris John adalah seorang petinju. Premis Minor: Chris John adalah warga negara Indonesia. Konklusi: Sebab itu, petinju adalah warga negara Indonesia. b) Silogisme Hipotetis : semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotetis. Rumus proposisi mayor dari silogisme: Jika P, maka Q Contoh: Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal. Premis Minor: Hujan tidak turun. Konklusi: Sebab itu panen akan gagal. Pada contoh premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan tidak turun dan panen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat. Terdapat asumsi: kebenaran antiseden akan mempengaruhi kebenaran akibat. c) Silogisme Alternatif : proporsi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan atau pilihan. Sedangkan proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya. Contoh: Premis Mayor: Ayah ada di kantor atau di rumah. Premis Minor: Ayah ada di kantor. Konklusi: Sebab it, ayah tidak ada di rumah. 2. Etinem adalah Enthymeme, enthymema (Bahasa Yunani) berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘Simpan dalam ingatan’. Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi. Contoh: Silogisme aslinya berbunyi: Premis Mayor : Semua boyband Korea beranggotakan sekumpulan laki-laki yang tampan dan keren. Premis Minor : Kim Jun Su adalah salah satu anggota boyband Korea. Konklusi: Sebab itu, Kim Jun Su adalah laki-laki yang tampan dan keren. Penulis dapat menyatakan dalam bentuk entimem: “Kim Jun Su adalah laki-laki yang tampan dan keren, karena salah satu anggota boyband Korea”.